Iklan

Iklan TOP ku

300 Tahun Sejarah Diratakan Besi, Siapa yang Bertanggung Jawab atas Pembantaian Budaya Toraja?

WEEKENDTORAJA
5 Desember 2025, Desember 05, 2025 WIB
Proses eksekusi Tongkonan Ka'pun, Kecamatan Kurra

TANA TORAJA, WEEKENDSULSEL— Eksekusi paksa terhadap rumah adat Tongkonan Ka’pun di Kecamatan Kurra, Tana Toraja, pada Jumat, 5 Desember 2025, memicu gelombang kemarahan dan duka mendalam di tengah masyarakat Toraja. Peristiwa ini dinilai sebagai bentuk penghinaan terhadap martabat budaya leluhur yang selama ratusan tahun menjadi identitas suci orang Toraja.

Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Control Analisa Temuan Rakyat (LSM Catur), Barnabas Solon, mengecam keras tindakan aparat dan pelaksana eksekusi yang dinilai telah melakukan tindakan brutal dan tidak manusiawi. Menurut Barnabas, operator alat berat jenis ekskavator diduga sengaja menghancurkan lebih dulu Tongkonan paling tua yang berada di bagian tengah, yakni rumah adat yang berusia sekitar 300 tahun, berdiri megah dikelilingi tanduk kerbau sebagai simbol kehormatan dan status budaya.

“Adegan ekskavator menginjak-injak dan mencabik-cabik Tongkonan Ka’pun adalah tamparan keras bagi harga diri orang Toraja. Ini bukan sekadar penghancuran bangunan, tetapi penghancuran martabat dan identitas leluhur,” tegas Barnabas.

Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk pelecehan budaya yang tak dapat dimaafkan, sebab Tongkonan bukan sekadar rumah, melainkan tempat roh leluhur, pusat ilmu adat, simbol persatuan dan kehormatan suku Toraja.

“Ketika Tongkonan diinjak dengan sengaja, itu berarti menginjak martabat seluruh orang Toraja. Tidak ada bangsa yang besar jika leluhurnya diperlakukan seperti sampah,”tambahnya.

Barnabas mendesak masyarakat Toraja di manapun berada untuk bersuara dan tidak tinggal diam atas tragedi kebudayaan ini, karena menurutnya, pembiaran akan membuka ruang kekuasaan untuk semakin sewenang-wenang terhadap nilai adat.

“Jika hari ini Tongkonan Ka’pun dibiarkan dihancurkan, besok mungkin Tongkonan kalian. Hari ini martabat leluhur diinjak, besok harga diri kita semua lenyap. Toraja harus bangkit menjaga warisan nenek moyang,”pungkasnya.

Peristiwa ini tidak hanya menyisakan puing dan debu, tetapi juga luka batin dan air mata bagi keluarga pemilik tongkonan dan seluruh masyarakat adat toraja. 

Peristiwa ini menjadi alarm keras bahwa budaya suci yang diwariskan ratusan tahun dapat dihancurkan hanya dengan satu kebijakan dan satu hentakan alat berat. Adakah harga yang lebih mahal daripada kehormatan leluhur?
Dan sampai kapan Toraja diam ketika identitasnya dirampas di depan mata?

(red)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • 300 Tahun Sejarah Diratakan Besi, Siapa yang Bertanggung Jawab atas Pembantaian Budaya Toraja?

Terkini

Iklan