Iklan

Iklan TOP ku

Tongkonan di Persimpangan, Mampukah Toraja Menjaga Warisan Leluhur?

WEEKENDTORAJA
12 Desember 2025, Desember 12, 2025 WIB


Oleh: Mgr. DR. John Liku Ada’Pr.

Saya sangat terperanjat dan merinding sebagai putera Toraja ketika mendengar rentetan perkara hingga eksekusi Tongkonan yang belakangan terjadi. Informasi bahwa konon masih ada 163 perkara terkait Tongkonan yang telah terdaftar di Pengadilan membuat hati saya bertanya-tanya: apakah orang Toraja sedang—secara sadar atau tidak menghancurkan eksistensi sosial-kultural mereka sendiri?
Dan mengapa kita begitu nekat menempuh jalan itu?

Pertanyaan berikutnya: apakah kemenangan melalui eksekusi pengadilan benar-benar menyelesaikan persoalan?
Jawabannya: Tidak.
Akan tiba saatnya, kelompok yang menang pun dapat kembali berperkara atas lahan yang sama. Siklus konflik itu dapat berulang tanpa ujung—seolah menjadi lingkaran tak terselesaikan “hingga akhir zaman”.

Perubahan Nilai: Dari Budaya ke Ekonomi

Di masa lampau, ketika nilai-nilai budaya masih berfungsi sebagai unsur determinan masyarakat Toraja, sistem sosial Tongkonan dapat berjalan harmonis. Kini nilai determinan tersebut telah bergeser ke ranah ekonomi. Pergeseran inilah yang mengguncang sistem Tongkonan.

Salah satu ciri utama Tongkonan adalah bahwa kepemilikan tanah bukan bersifat pribadi, melainkan kelompok (pa’rapuan).
Lalu bagaimana melestarikan sistem itu dalam kerangka Negara Republik Indonesia, yang menganut sistem kepemilikan tanah individual?

Jalan Tengah: Integrasi Hukum Adat

Dalam sistem hukum Indonesia, hukum adat diakui eksistensinya. Hal ini memberi peluang untuk mengintegrasikan kembali hukum adat Tongkonan ke dalam realitas hukum modern.

Namun, proses tersebut memerlukan:

1. Kesepakatan dari seluruh pemilik Tongkonan dalam masyarakat Toraja;
2. Peran aktif Pemerintah Daerah Tana Toraja dan Toraja Utara sebagai fasilitator;
3. Penguatan keputusan bersama dengan status hukum yang sah, yang dapat diwujudkan melalui keterlibatan Pemda dan DPRD kedua kabupaten.

Upaya ini membutuhkan kajian mendalam, dialog, dan komitmen kolektif.

Beberapa tahun lalu, arsitektur Tongkonan diakui oleh PBB sebagai salah satu arsitektur terbaik dunia. Bukan hanya wujud visualnya yang unik, tetapi juga teknik pembangunannyayang pada dasarnya tidak menggunakan satu pun paku membuat banyak orang dari luar Toraja berdecak kagum.

Pertanyaannya kini:
Apakah kita, orang Toraja sendiri, rela menghancurkan warisan bernilai tak terhingga ini?
Warisan yang berdiri bukan hanya sebagai rumah adat, tetapi sebagai simbol kearifan lokal dan identitas sosial budaya Toraja.

Saya berdoa agar masyarakat Toraja tetap sadar, bangga, dan bertekad melestarikan warisan luhur para leluhur. Tongkonan bukan hanya bangunan; ia adalah jiwa kebersamaan, akar sejarah, dan penanda peradaban Torajadi tengah dunia modern.

Tuhan memberkati Toraja dan kita semua.
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Tongkonan di Persimpangan, Mampukah Toraja Menjaga Warisan Leluhur?

Terkini

Iklan